Powered By Blogger

Cari

Minggu, 28 Desember 2014

Mendaki Gunung Sinabung















Mendaki gunung adalah hal yang sudah lama aku impi-impikan. Dan akhirnya aku bisa mendaki gunung, yeeeeee ^_^ dan melihat kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan alam yang begitu indahnya. Hari pendakian itu tepat tanggal 1 Juni 2013. Aku dan teman-teman ku berangkat ke Sinabung dengan kendaraan umum. Kami berangkat dari kampus . pertama-tama kami naik angkot ke Simpang Pos selanjutnya kami naik Bus Burneo ke Lau Kawar. Sampai di Lau Kawar kami menunggu beberapa jam sebelum pendakian dimulai dan sambil menunggu hujan yang lumayan deras berhenti. Sambil menunggu hujan berhenti kami berteduh di sebuah tempat makan dekat Lau Kawar. Pada saat itu hujan sangat deras dan udaranya sangat dingin. Jadinya kami kelaparan. Kami pun memakan makanan yang kami bawa. Setelah menunggu dan kemudian hujan pun berhenti. Kami bersiap-siap untuk mendaki. Kami menyiapkan segala sesuatunya untuk dibawa ke puncak gunung Sinabung. Sebelum mendaki kami harus mengisi beberapa formulir yang disiapkan oleh penjaga disana karena untuk mendata apabila ada sesuatu terjadi dengan kami mereka bisa segera mencari kami. Kami mendaki sekitar jam 2. 30 pagi. Keinginanku yang sangat tinggilah membuatku sampai ke puncak gunung Sinabung. Kami mendaki beramai-ramai. Ada sekitar 26 orang dari rombongan kami. Karena habis hujan, jalanan menuju puncak jadi sangat-sangat becek dan berlumpur. Sepanjang jalan hanya akar-akar pohon yang diinjak dan tanah basah yang becek. Kaki pun penuh dengan lumpur. Pandangan pun hanya sekedar lampu senter yang menerangi jalan. Kami berada ditengah-tengah hutan yang gelap, basah dan dingin. Kami terus berjalan. Sebentar-sebentar kami berhenti untuk bersitirahat. Kami berjalan sangat sangat sangat dan sangat lama. Sampai akhirnya kami berada hampir dekat dengan puncak gunung. Itu kira-kira jam 7. Matahari sudah muncul, kami tidak bisa melihat matahari terbit dikarenakan keterlambatan mendaki. Kami pun tak sabar ingin segera sampai puncak. Kami segera melanjutkan perjalanan ke puncak. Ternyata mendaki itu sangat-sangat sulit dan perlu kehati-hatian yang penuh. Dan apabila salah pijak akan membuat kita terjatuh dan pasti akan membuat luka. Untungnya aku jarang jatuh ketika mendaki. Tetapi ketika mendaki ada seekor binatang yang menggigit ku sehingga kakiku pun berdarah sedikit gak banyak-banyak sih emang hehe. Tapi Darahnya tidak mau berhenti keluar. Tapi hal itu tidak menghentikan tekad ku untuk sampai ke puncak, semangat! Sebagian orang-orang dari kelompok kami tidak sanggup mendaki sampai puncak dan mereka segera turun. Sangat disayangkan mereka tidak melanjutkan perjalanan mereka. Padahal mereka sudah setengah jalan. Kami memerlukan waktu 2 jam lagi untuk sampai ke puncak. Itu terasa sangat lama apalagi dengan jalanan yang licin dan berjalan memanjat. Sebelum sampai kepuncak kami harus melewati batu-batu yang disebut dengan patah hati. Susunan batu itu sangat terjal. Apabila terpeleset pasti akan jatuh ke jurang. Sangat mengerikan. Kami harus lebih
berhati-hati lagi melewati yang satu ini. Karena hari sudah terang, segala keindahan alam pun sudah sangat jelas terlihat. Susunan bukit-bukit, awan-awan yang menyelimuti gunung, pohon-pohon yang terlihat sangat kecil dari atas, serta Lau Kawar yang tadinya sangat besar terlihat hanya setelapak tangan. Sungguh-sungguh keindahan alam yang tidak bisa aku lupakan. Subhanallah, subhanallah, subhanallah. Aku dan teman-temanku tidak lupa untuk mengabadikan setiap momen pendakian itu. Kami berhenti sebentar untuk berfoto-foto. Setelah itu kami melanjutkan pendakian. Sedikit lagi kami sampai ke puncak. Aku semakin bersemangat mendaki dan ingin cepat-cepat sampai kepuncak. Terus, terus dan terus. Jam 8 pagi kami pun sampai di puncak. Huft, perasaan lelah itu terbayar sudah. Sebagian temanku sudah sampai di puncak dan sebagaian lagi ada yang masih mendaki. Sesampainya di puncak aku langsung merebahkan badan sebentar. Perut pun terasa lapar. Kami yang sudah sampai dipuncak mengeluarkan makanan yang kami bawa dari bawah. Kami makan indomie tanpa dimasak. Hmmm mie itu terasa sangat nikmat. Setelah itu aku pun mengabadikan lagi pemandangan yang sangat menakjubkan itu. Kami pun berfoto bersama-sama. Sangat-sangat tidak bisa terlupakan.
Setelah berfoto-foto dan makan sedikit. Kami pun tertidur untuk mengistirahatkan badan dan kaki yang sudah lelah mendaki. Kami tidur sekitar satu jam. Setelah itu kami berkeliling di puncak untuk berfoto-foto. Tak lelah-lelah mata melihat pemandangan indah tersebut. Setelah puas berfoto-foto dan kamipun harus turun kebawah, walaupun berat rasa hati untuk turun kebawah, dengan berat hati kami pun harus turun dan meninggalkan pemandangan yang indah itu dalam ingatan dan diabadikan kedalam foto. Jam menunjukkan pukul 12 siang, kami pun turun kebawah. Dan kami harus melalui jalan yang kami daki tadi. Jalan yang sulit untuk dituruni adalah patah hati. Ketika sedang berada di patah hati yang terlihat adalah jurang yang sangat jauh ke bawah. Aku sangat deg-degan melewati patah hati ini. Terpeleset sedikit aku pasti langsung masuk ke jurang dan aku gak mau hal itu terjadi. Kami pun melewati patah hati itu dengan sangat hati-hati. Akhirnya kami sampai ke tempat istirahat. Kami beristirahat
sebentar. Kami pun membuat minuman hangat untuk mengisi tenaga yang terkuras. Mata pun mulai mengantuk. Aku tidur sebentar. Karena berdiam diri, udara jadi terasa sangat dingin. Aku sudah mulai tak sanggup merasakan dingin itu. Aku mengajak yang lain untuk melanjutkan perjalanan menurun kami. Karena aku sesak buang air kecil, akupun jalan mendahului teman-temanku dengan terburu-buru. Aku gak mau buang air kecil ditengah hutan seperti itu. Berjalan terus  dan kami berhenti lagi untuk beristirahat sebentar. Air minum yang kami bawa sudah habis. Kami mengisi botol yang kosong
dengan air yang mengalir ditengah hutan untuk kami minum disepanjang jalan. Setelah beristirahat beberapa menit kami melanjutkan jalan menuju kebawah.  Kaki ku sudah terasa sangat sakit. Tapi aku tak mempedulikannya. Aku terus berjalan dengan sesekali beristirahat. Sambil terus berjalan kami memperhatikan tumbuhan yang ada di sekitar kami. Kami juga bercerita-cerita. Perjalanan yang sangat melelahkan sekaligus menyenangkan dan berkesan. Setelah lama berjalan, kami sampai juga dibawah. Kami melihat kembali kegunung yang terlihat kecil tersebut. Gunung itu yang kami daki barusan. Kami sudah menginjak puncak gunung tersebut, menyusuri hutan, pohon-pohon tumbang serta akar-akar yang menjadi pijakan kami. Sungguh luar biasa kebesaran mu ya Allah. Kau menciptakan alam yang luar biasa indah. Sekali lagi aku bisa melihat kebesaran mu yang terbesar. Ini adalah salah satu impianku yang sudah terwujud.